Cookieless world adalah suatu terminologi yang mungkin sering kita dengar akhir-akhir ini. Rencana Google akan melakukan penghapusan third-party cookie di Chrome, dan perilisan dari Apple akan privacy feature pada iOS nya adalah awal dimana terminologi “cookieless world” ini muncul.
Third-party cookie adalah suatu rekaman dalam bentuk text yang disimpan di dalam browser pengguna atau komputer saat mereka mengunjungi suatu situs web. Cookie pada umumnya dibuat oleh situs yang dibuka. Fungsi cookie adalah menyimpan informasi browsing. Lewat cookie, situs dapat mengingat preferensi pengguna dan memberikan konten yang relevan secara lokal. Oleh karena itu, adanya third-party cookie ini memungkinkan advertiser untuk mengetahui beberapa data ataupun preferensi dari pengguna internet di seluruh web dan selanjutnya dapat menargetkan mereka dengan iklan yang relevan. Third-party cookie mampu memberikan insights dan data unik tentang perilaku audiens. Namun hal ini mengakibatkan munculnya kecemasan yang timbul dari pengguna internet akan privasinya yang terganggu secara online.
Sebagai seorang marketer, tentunya kita bertanya-tanya apakah hal tersebut akan mengganggu dalam hal penargetan target audiens, atau mungkin meningkatkan penipuan iklan, dan bahkan membuat KPI yang ditargetkan untuk hasil campaign sulit untuk diraih. Tentunya penghapusan third-party cookie akan secara bertahap mengubah mekanisme periklanan digital yang umumnya sudah kita ketahui. Penting bagi marketer untuk tetap mengikuti trend yang ada dan terus adaptif. Bagaimana cara kita dapat menyampaikan pesan yang relevan namun dalam lingkungan digital yang mengutamakan privasi.
Jadi, bagaimana persiapan dalam menghadapi “cookieless world”?
- Beralih ke consent-based marketing
Hal yang mendasari adanya perubahan dan penghapusan third-party cookie ini adalah adanya masalah kepercayaan pengguna akan privasinya yang terganggu. Sebagai seorang marketer tentunya pendekatan yang harus kita ambil juga perlu disesuaikan. Consent-based marketing memungkinkan data yang akan kita kumpulkan dan gunakan di masa depan telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pengguna. Namun dengan adanya data yang nantinya akan terkumpul, tentunya kita membutuhkan resource tambahan lagi dalam mengelola data ini yang tentunya memakan waktu dan biaya. Oleh karena itu, penggunaan aset first-party data tentunya akan lebih efektif dan efisien dalam persiapan menuju cookieless world ini.
- Mulai membangun aset first-party data
First-party data adalah data yang dikumpulkan langsung dari user atau pengguna suatu brand. Dengan memiliki aset first-party data ini kita memiliki kemampuan untuk mengetahui dan mensegmentasikan audiens kita sendiri secara lebih akurat, sehingga kita dapat melakukan penargetan yang lebih baik dan lebih efektif. Namun dalam membangun aset first-party data juga rupanya tidak mudah, selain membutuhkan resource yang ahli dalam mengolah data ini, kita juga memerlukan adanya platform khusus untuk mengolah aset data ini.
GDP Network hadir sebagai programmatic advertising berbasis audiens pertama di Indonesia. Dengan memiliki lebih dari 70 juta data unik audiens yang didapatkan langsung dari publisher dibawah GDP Network, data ini dapat menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan data audiens brandmu. Penggabungan data, teknologi, dan juga kreativitas yang ditawarkan GDP Network juga dapat membantumu dalam meningkatkan kualitas iklan dalam dunia digital. Semangat kami dalam memberikan hasil yang luar biasa bagi setiap brand tersampaikan lewat peluncuran RAD sebagai representasi 3 produk dan servis inti GDP Network tahun ini:
R – Rich Media Audience
A – Audience First Network
D – Dynamic Amplification Distribution
Kami selalu memberikan usaha yang terbaik lewat kemampuan dan kreativitas kami untuk menghasilkan solusi yang efektif dan hasil yang melampaui batas bagi setiap brand. Karena bagi kami, setiap brand berarti.
Ingin tahu lebih tentang GDP Network atau RAD?
Kunjungi laman Instagram kami disini
atau hubungi kami ke info@gdpnetwork.co.id